![]() |
Wakil Bupati Asahan, Rianto saat menggendong bayi Rudi di RS Permata Hati Kisaran. |
Kerangsatu.com, Asahan – Rasa bahagia menyambut kelahiran anak pertama seketika berubah menjadi duka mendalam bagi Rudi (37), seorang pekerja bangunan asal Jalan Ali Syahbana, Kelurahan Mutiara, Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan. Istrinya, Arfika, meninggal dunia usai menjalani operasi caesar di RS Permata Hati Kisaran pada 10 Juni 2025.
Proses persalinan awalnya berjalan tanpa kendala. Bayi laki-laki yang dilahirkan Arfika dalam keadaan sehat. Namun beberapa jam pascaoperasi, kondisi Arfika memburuk secara mendadak dan nyawanya tak tertolong. Peristiwa tersebut menyisakan luka mendalam bagi Rudi yang kini harus menjadi orang tua tunggal bagi buah hatinya.
“Rasanya campur aduk. Saya senang anak lahir sehat, tapi saya kehilangan istri saya di hari yang sama,” ucap Rudi dengan suara parau saat ditemui di rumah sakit pada Selasa (17/6/2025).
Kesedihan Rudi kian bertambah lantaran ia belum mampu melunasi seluruh biaya persalinan yang mencapai lebih dari Rp10 juta. Dari jumlah tersebut, ia baru bisa membayar Rp5 juta. Karena itu, bayinya belum diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit. Kondisi ekonomi yang pas-pasan dan tidak adanya kepesertaan dalam program BPJS Kesehatan membuat Rudi kebingungan mencari sisa biaya.
“Anak saya sudah seminggu di rumah sakit. Biaya perawatan terus berjalan. Saya sudah ke mana-mana, tapi belum dapat bantuan. Saya benar-benar tidak tahu harus bagaimana,” keluhnya.
Kisah memilukan ini akhirnya sampai ke perhatian Wakil Bupati Asahan, Rianto, setelah mendapat laporan dari warga. Didampingi Camat Kisaran Timur, Syaiful Pasaribu, Rianto segera mendatangi RS Permata Hati untuk bertemu langsung dengan Rudi dan pihak rumah sakit.
Atas arahan Bupati Asahan Taufik Zainal Abidin Siregar, Rianto mengambil langkah cepat untuk membantu menyelesaikan permasalahan administrasi rumah sakit sehingga bayi Rudi bisa segera dibawa pulang.
“Alhamdulillah, kami bersyukur akhirnya bayi bisa dibawa pulang dan dirawat bersama ayahnya. Ini bentuk kepedulian pemerintah terhadap warga yang sedang tertimpa musibah,” ujar Rianto saat dikonfirmasi awak media.
Rianto menjelaskan bahwa proses penyelesaian tidak mudah mengingat RS Permata Hati merupakan rumah sakit swasta. Namun, pemerintah daerah berupaya maksimal agar bantuan bisa diberikan. Ia juga mengimbau masyarakat agar proaktif menyampaikan kendala ke pemerintah kelurahan atau kecamatan agar program-program jaminan sosial yang tersedia bisa dimanfaatkan sejak awal.
“Ini menjadi pembelajaran bagi kita semua. Pemerintah daerah memiliki banyak program perlindungan, tapi butuh kerja sama dari warga untuk menyampaikan keluhannya lebih awal. Kami tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi,” tegasnya.
Penulis : Dhan.
Editor : Indra Sikumbang.