Harga TBS Sawit di Asahan Anjlok, Petani Merasa Terjepit di Tengah Kenaikan Harga CPO

 

Seorang petani sawit melakukan panen tandan buah segar (TBS). / Istimewa

Kerangsatu.com, Asahan – Di tengah naiknya harga minyak sawit mentah (CPO), para petani sawit di Kabupaten Asahan justru menghadapi kenyataan pahit. Harga tandan buah segar (TBS) kembali merosot, menambah beban petani kecil yang sangat bergantung pada komoditas andalan ini.

Data terbaru dari Dinas Perkebunan Sumatera Utara menunjukkan bahwa harga TBS untuk periode 23 Juni 2025 turun menjadi Rp 3.236 per kilogram. Padahal, pekan sebelumnya harga masih berada di level Rp 3.315 per kilogram. Sementara itu, harga CPO justru mengalami kenaikan, dari Rp 13.457 menjadi Rp 13.489.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan di kalangan petani soal ketidaksesuaian antara harga produk olahan dan harga bahan bakunya. Heru Sihotang, perwakilan Himpunan Petani Sawit Makmur Asahan, menyuarakan kekecewaan petani atas tren penurunan harga yang tidak sejalan dengan naiknya nilai jual CPO.

“Petani saat ini merasa tidak mendapat keuntungan yang sebanding dengan kerja keras mereka. Padahal, harga CPO naik, tapi harga TBS justru turun. Ini sangat membingungkan dan mengecewakan,” ungkap Heru, Senin (23/6/2025).

Menurut Heru, situasi ini mengindikasikan adanya ketimpangan struktural dalam pembagian keuntungan industri sawit. Ia menilai bahwa mekanisme penetapan harga TBS belum berpihak kepada petani, khususnya petani skala kecil.

Ia pun mendorong pemerintah, baik daerah maupun pusat, untuk meninjau ulang sistem penetapan harga yang ada saat ini. Selain itu, Heru meminta adanya transparansi dalam penyusunan harga dan data produksi CPO agar petani tidak selalu menjadi pihak yang paling dirugikan.

“Kami tidak menuntut harga yang tinggi, tapi setidaknya ada keadilan dan kepastian agar petani bisa hidup layak. Jangan sampai para petani justru terpinggirkan di tengah industri sawit yang nilainya triliunan rupiah,” tambahnya.

Heru juga menyoroti pentingnya penguatan posisi tawar petani dalam rantai pasok industri kelapa sawit. Menurutnya, tanpa adanya kebijakan yang melindungi petani, fluktuasi harga yang terjadi setiap pekan dapat menyebabkan ketidakpastian ekonomi yang serius bagi keluarga petani.

Turunnya harga TBS kali ini diprediksi akan berdampak langsung pada daya beli petani dan memperlambat aktivitas ekonomi di wilayah sentra sawit. Para petani di Asahan berharap agar pemerintah segera mengambil langkah konkret agar mereka tidak terus menjadi korban ketidakadilan harga dalam industri yang justru semakin menguntungkan pihak hilir.

Penulis : Dhan. 
Editor : Indra Sikumbang.


Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال