Ketua DKA Willer Anderson Pasaribu: PSBD Asahan Jadi Kelas Terbuka untuk Pelajar

Foto: Para pelajar di Asahan tampak memanfaatkan ruang PSBD untuk outing class.

 

Kerangsatu.com, Asahan – Gelaran Pekan Seni dan Budaya Daerah (PSBD) ke-6 Kabupaten Asahan tahun 2025 tidak hanya menghadirkan kemeriahan hiburan rakyat dan pertunjukan etnis, tetapi juga menjelma menjadi ruang belajar terbuka bagi para pelajar. 

Kegiatan tahunan ini menjadikan arena budaya sebagai kelas hidup di mana siswa dapat belajar langsung tentang keberagaman seni dan tradisi yang ada di Bumi Rambate Rata Raya.

Digelar sejak 4 hingga 19 Oktober 2025, PSBD Asahan menjadi magnet bagi ribuan pengunjung, terutama para pelajar dari berbagai jenjang pendidikan — mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga sekolah menengah. Di area utama yang memamerkan 14 etnis di Kabupaten Asahan, anak-anak terlihat antusias mengamati pakaian adat, pertunjukan tari tradisional, hingga mencicipi kuliner khas daerah.

Ketua Dewan Kesenian Asahan (DKA), Willer Anderson Pasaribu, mengapresiasi langkah sejumlah sekolah yang menjadikan PSBD sebagai kegiatan outing class atau pembelajaran luar kelas bagi siswa. Menurutnya, langkah ini menunjukkan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendidikan berbasis budaya.

“PSBD ini bukan sekadar pertunjukan seni. Ini adalah wadah edukatif bagi generasi muda untuk belajar tentang keberagaman budaya daerah. Kami berterima kasih kepada sekolah-sekolah yang membawa siswanya belajar langsung di sini. Harapannya, kegiatan ini menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya lokal dan menghormati nilai-nilai luhur warisan leluhur,” ujar Willer saat berbincang bersama wartawan, Jumat (10/10/2025).

Ia menegaskan, Dewan Kesenian Asahan berkomitmen menjadikan PSBD sebagai laboratorium budaya hidup, tempat seniman, pelajar, dan masyarakat saling berinteraksi dan belajar bersama. Dengan demikian, kegiatan ini tidak berhenti pada hiburan, tetapi menjadi media pendidikan karakter berbasis budaya.

“Melalui PSBD, anak-anak bisa memahami banyak hal: kesenian tradisional, musik daerah, filosofi hidup masyarakat, hingga nilai gotong royong yang menjadi dasar kehidupan orang Asahan. Inilah bentuk pendidikan karakter yang sesungguhnya,” tambahnya.

Sebagai bentuk nyata dukungan terhadap pendidikan budaya, DKA juga menggelar beragam lomba bagi pelajar, seperti menggambar, mewarnai, menyanyi lagu daerah, hingga fashion show busana etnik. Lomba-lomba ini menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak untuk mengenal lebih dekat seni dan identitas budaya mereka dengan cara menyenangkan.

Salah satu guru peserta outing class, Nurhayati Simanjuntak dari SD Negeri di Kisaran, mengaku kagum dengan suasana pembelajaran di arena PSBD. Menurutnya, pengalaman belajar di tengah keberagaman budaya memberikan kesan yang jauh lebih bermakna dibandingkan pembelajaran di dalam kelas.

“Kami membawa puluhan siswa berkunjung ke arena PSBD. Anak-anak begitu antusias melihat langsung tarian, pakaian adat, dan alat musik tradisional. Mereka belajar tanpa merasa bosan, bahkan banyak yang mulai tertarik mempelajari budaya daerahnya sendiri,” tuturnya.

Nurhayati menilai, kegiatan seperti ini efektif menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya daerah dan memperkuat semangat kebinekaan di kalangan pelajar. Lewat pengalaman nyata, anak-anak belajar menghargai perbedaan dan memahami pentingnya menjaga warisan budaya bangsa.

Dengan dukungan masyarakat, dunia pendidikan, dan pelaku seni, PSBD ke-6 Asahan kini bukan sekadar agenda seni tahunan, melainkan wujud nyata pendidikan karakter berbasis budaya. Dari panggung seni, musik tradisional, hingga tenda kuliner, setiap sudut arena PSBD mengajarkan satu pesan penting — bahwa cinta budaya adalah fondasi untuk membangun generasi muda yang berkarakter, toleran, dan bangga akan identitas bangsanya.

Penulis : Rama 
Editor : Ramadan

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال